Aku teringat hari
pertama di rumah ini. Rumah sederhana yang dihuni perempuan muda yang sedang hamil
tua. Aku memanggil dia ibu, walaupun usia kamu tidak terpaut jauh.
Tidak ada
siapa-siapa selain si ibu. Aku tidak berani bertanya dimana suaminya dan
keluarganya yang lain. Mungkin dia seorang janda ditinggal mati suami atau
dicerai, entahlah.
Rumah sederhana berukuran 4x5 meter ini , hanya mempunyai satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur kecil dan ruang tamu merangkap
ruang keluarga dan ruang makan yang diisi meja dan dua kursi plastik. Rumah ini berdiri di tengah kebun seluas 1000 meter
yang tidak terurus, dipenuhi semak belukar, hanya ada satu pohon rambutan tua.
Seminggu setelah
kehadiranku, bayi perempuan itu lahir, cantik, putih,
dan gemuk. Kelahirannya dibantu seorang dukun paraji. Bayi yang sepertinya tidak diharapkan ibunya sehingga si ibu tidak mau menyusui dan
tidak memperdulikan bayinya.
Mulai saat itu, aku
resmi mengasuh dan membesarkan si bayi mungil yang diberi nama Lissa.
Aku
menganggap dia seperti anak kandungku. Menyayangi, mengasihi, mengurus,
menyediakan keperluannya, meninabobokkan, mendongeng, menemani belajar,
mengantar sekolah, memeluknya setiap malam hingga dia tidur lelap.
Ibu kandungnya
bahkan tidak pernah memperdulikannya, dia seperti orang asing bagi ibunya dan
ibunya seperti orang asing bagi dia.
*********
Aku menabrak kursi
yang ada di depanku. Aku terus berlari kearah ruang tengah. Nafasku
terengah-engah. Keringat membasahi seluruh tubuhku tetapi rasa dingin menusuk
sampai ke tulang.
Seperti malam bulan
purnama sebelumnya, kudapati ibu kandung gadis kecilku berdiri disana. Senyum
kepuasan terpancar dari wajahnya.
"Sudah aku bayar, lunas," katanya sambil tersenyum.
"Ibu, apa
maksudnya," aku berteriak.
"Semua telah lunas, Minah. Rumah besar ini, harta ini, kekayaan ini, hahahaha....," dia tertawa mengerikan.
Malam ini adalah
malam bulan purnama ketujuh setelah gadis kecil itu berumur tujuh belas tahun.
Untuk Writing Promp dari Monday FlashFiction
Ih, anaknya dibuat pesugihan... :O
BalasHapusAda gak orang tua seperti itu? Serem ya...
Hapusbtw, makasih sudah berkunjung.
Hapusditunggu kritikan-kritikannya :)
lah.... berarti anaknya?
BalasHapusmmmhh... ada-ada saja ya.. btw, makasih sudah berkunjung.
Hapusbaru belajar-belajar nih..:)
ada kok yang seperti itu
BalasHapussedih :"(
sedih banget..kalau melihat orang seperti itu..
HapusMinah itu pembantunya yah?
BalasHapusya mba.. Minah itu pembantunya..makasih ya sudah berkunjung..
Hapusdeskripsi rumah sebenarnya ga perlu, karena ga ngaruh sama cerita.
BalasHapusIdenya sebenarnya menarik, hanya saja kayaknya masih perlu tambahan clue bahwa si anak jadi pesugihan. Karena sampai akhir cerita pun, saya masih bertanya-tanya, memangnya kenapa di bulan purnama? Apa yang lunas? Apa yang dibayar? Pada siapa atau oleh siapa? Siapa yang mengharuskan membayar?
Terima kasih masukannya mba, sangat membantu.
HapusSaya akan coba permak lagi... :)
Ealah... lupa.
BalasHapusKeep writing! :))))
oke..
Hapusmasih semangat kok mba...:)
Flash fiction horor ya, wah aku juga ingin belajar nih hihi.
BalasHapusBlogwalking kemari. Salam kenal btw, mbak :)
salam kenal juga mba..
Hapusmakasih sudah berkunjung..
sereeem mba ceritanya..btw dah lama gak dengar istilah dukun paraji hehe..
BalasHapussalam ya mba
salam kembali mas..
Hapusdikampung-kampung masih ada kali dukun paraji.. hehehe..
makasih ya sudah berkunjung..
Setuju sama Mbak Carra, kalau enggak baca komentar-komentarnya, saya bingung dengan ceritanya :D | Kayaknya saya lemot deh hehehe....
BalasHapushehehe... memang belum pas kayaknya cluenya Mbak.. harus belajar lagi..
HapusMakasih buat kripiknya mba..:)
Lissa yang malang.. :(
BalasHapusKasihan Lissa..
Hapuspertanyaanku sama dengan Carra.
BalasHapusoke, keep writing.
waduh, Lissa
BalasHapusdemi kekayaan dia dikorbankan
kasian ya lissa . .
BalasHapusSelain bagus infonya , , mantap juga niihhh . . !!!
BalasHapuspertanyaanku sama dengan Carra.
BalasHapusoke, keep writing.
Kemarin ada sutradara yang nawarin gue jadi pemeran diiklan sampo. Tapi gue tolak aja ,masa gue di suruh berperan jadi ketombe !!
BalasHapus