Karena awalnya susah hamil setelah Bang Andra lahir aku tidak KB, aku takut susah kembali untuk mengandung. Namun tanpa disangka-sangka saat abang tua berusia 7 bulan aku lemas-lemas, mual dan tidak selera makan. Aku periksa urin dan ternyata aku hamil. Awalnya aku kaget karena tidak menyangka akan hamil secepat itu. Kata suamiku harus disyukuri karena semua itu anugerah, rencana Tuhan, pemberian Tuhan.
Aku berusaha menjaga kehamilanku dengan baik, makan yang banyak karena tidak ingin terulang kejadian seperti abangnya yang lahir dengan berat badan rendah. Walau aku sering kelelahan karena tempat kerja yang jauh, berangkat pagi pulang malam, waktu banyak habis dijalan apalagi kalau jalanan macet dan malam hari masih harus bangun untuk memberi susu buat abang tua. Belum lagi masalah tidak ada pembantu,anak harus dititip ke saudara atau suamiku ijin kerja. Banyak masalah yang harus dihadapi tetapi ternyata semua bisa dijalani.
Saat umur Bang Andra satu tahun dan kandunganku berusia empat bulan, kami pulang kampung ke Medan karena Bapakku sudah mulai sakit-sakitan. Inginku bisa mengurus Bapakku diusia tuanya, membawa ke Jakarta atau menemani dan menjaga di Medan. Tetapi keadaan tidak memungkinkan dan tetap kami harus berpisah. Semampuku aku berusaha membantu Bapakku.
Kehendak Tuhan selalu terjadi dan terbaik bagi umatnya. Empat bulan kemudian saat usia kandunganku tujuh bulan, Bapakku dipanggil Tuhan kembali ke sisiNya. Aku pulang lagi ke kampung dengan dukacita yang amat sangat. Aku sangat menyayangi Bapakku yang telah menjadi orang tua tunggal semenjak aku kelas 3 SD.
Bapakku berpulang pas saat menjelang lebaran sehingga aku tidak bisa lama cuti karena teman-teman yang muslim akan lebaran dan aku harus masuk kerja sesudah lebaran. Seminggu aku dikampung dan kembali lagi ke Jakarta, langsung masuk kerja.
Seminggu kemudian aku pendarahan dan harus dilarikan ke rumah sakit,aku tidak tahu apa penyebabnya. Apakah kelelahan,stress atau disebabkan hubungan suami istri atau penyebab yang lain, aku tidak mengerti.
Ternyata pendarahan yang banyak disebabkan karena plasenta previa totalis yang mengharuskan saat itu juga dilakukan operasi terminasi kehamilan. Jam 11 tiba di Rumah Sakit dan 2 jam kemudian dilakukan operasi Sectio Cesaria. Semua dilakukan dengan cepat karena dokter yang menangani saat itu, tidak ingin terjadi sesuatu pada ibunya, menurut keterangan dokter ketika itu pada suamiku yang utama nyawa ibunya yang diselamatkan, bayinya nanti dipikirkan setelah lahir.
Tanpa persiapan mental sama sekali dan tanpa ada keluarga yang mendampingi (hanya aku berdua dengan suami) aku masuk kamar operasi. Sebelumnya kami berdoa berdua, aku berusaha kuat, tegar dan seakan-akan tidak takut karena aku lihat muka suamiku yang pucat, panik dan takut, padahal aku sendiri sangat ketakutan karena tidak ada persiapan sama sekali.
Ketika obat bius mulai bereaksi, aku tidak bisa lagi menggerakkan kaki, ketakutanku semakin bertambah dan seakan-akan aku akan kehilangan nyawa menyebabkan tekanan darahku turun dan dokter anastesi siap-siap menyediakan darah jika diperlukan buat transfusi. Mendengar pembicaraan dokter untuk menyediakan darah aku menjadi sadar agar aku harus kuat. Aku berdoa, menyebut nama Tuhanku tanpa henti dan meminta kekuatan kepada Tuhan. Aku pegang tangan perawat anastesi yang mendampingiku seakan-akan mendapat aliran kekuatan dari tangannya.
Anak keduaku lahir dengan selamat, saat mendengar tangisnya dan bayiku diletakkan didadaku aku mengucap syukur tiada henti. Bayi keduaku juga kecil hanya 1800 gram dengan usia kehamilan 30 minggu, anakku ini prematur.Walau begitu aku tetap yakin pertumbuhan dan perkembangannya pasti baik karena aku akan berusaha memberi ASI dan mengurusnya sebaik mungkin.
Anakku kemudian dibawa keruang perina (ruang untuk merawat bayi baru lahir) untuk dimasukkan ke inkubator karena berat bayi kecil dan aku kembali ke ruang rawat inap untuk pemulihan, semua berjalan lancar.
Delapan jam kemudian setelah anakku lahir, perawat dari ruang perina datang ke tempatku rawat inap dan memberitahu kalau bayiku harus dimasukan ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit), ruang rawat intensive untuk bayi karena pernafasan bayiku mulai terganggu, nafas bayiku mulai satu-satu atau gagal nafas dan terliht retraksi otot dada. Perawat memberitahu kalau kemungkinan bayiku menderita Hyalin Membran Disease (HMD) atau dikenal juga dengan sebutan Respiratory DIstress Syndrome (RDS). Oleh karena itu harus segera dimasukkan ke NICU untuk mendapat bantuan nafas dari mesin (ventilator).
Aku sangat sedih mendengar penjelasan perawat. Suami dan kakak iparku ikut ke NICU mengantar bayiku. Aku tidak bisa ikut karena kesehatanku belum pulih, yang bisa kulakukan hanya menangis dan berdoa.
Besoknya aku menelepon temanku dan mencari tahu mengenai Hyalin Membran Disease.
Hyalin Membran Disease (HMD)
HMD atau dikenal juga dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah gawat nafas pada bayi yang sering terjadi bayi yang lahir kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi.
HMD ini terjadi karena kurangnya pembentukan zat surfaktan pada paru-paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang berperan pada pengembangan paru.
Gejala Klinis HMD
Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan klinis seperti :
- Sesak nafas.
- Warna kebiruan pada kulit
- Tarikan otot-otot dada saat bernafas
- Terdengar rintihan saat mengeluarkan nafas
- Melemahnya udara nafas yang masuk ke dalam paru
Gejala ini biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3.
Bayiku dirawat di ruang intensive selama 9 hari dan dipasang alat bantu nafas dan selang-selang yang menggantung diseluruh tubuuhnya untuk menghubungkan ke mesin. Tida hari pertama bayiku dipuasakan hanya diberi cairan infus sehingga berat badannya turun menjadi 1600 gram. Ketika kondisiku sudah mulai pulih dan sanggup berjalan ke NICU, aku melihat bayiku dan yang bisa kulakukan saat itu hanya menangis dan berdoa. Saat konsultasi dengan dokter anak yang merawat bayiku, beliau mengatakan agar banyak-banyak berdoa karena kemungkinan anakku bertahan hanya fifty-fifty. Mendengar perkataan dokter tersebut mertua yang menemaniku menjadi emosi katanya dokter itu bukan Tuhan dan bisa meramalkan usia manusia. Dokter anak meminta maaf dan mengatakan dia menyatakan deperti itu karena ts (teman sejawat) dengan ibu bayi yaitu diriku
Anakku saat berusia 4 hari masih dirawat di ruangan NICU dengan segala peralatannya
bnyk sekali cobaannya mak, mulai dari hamil, tpi untung akhirnya sehat2 selalu..
BalasHapusthks mak atas sharingnya..
salam kenal :)
makasih mak.. salam kenal...
HapusBersyukur ya Mak, akhirnya Ello selamat dan tumbuh sehat. Semoga bahagia :)
BalasHapusamin... makasih mak..
Hapussalam kenal mb :), wah salut sama bunda, kuat banget ditengah terpaan cobaan. Salut..salut banget
BalasHapussalam kenal mba.. makasih..
Hapusterharu bgt dokter...dgn kisah dan perjuangan hidupnya...sedihh...
BalasHapussemoga abg elo menjadi anak yg tumbuh dgn sehat, pinter, dan bisa di banggakan org tua..amieen
Amin.. Makasih ya..
Hapus