Rabu, 05 Juni 2013

Anakku_Rafaello Constantino Ginting

Kali ini aku menceritakan Rafaello Constantino Ginting,anak kedua yang sering kami panggil  'Abang Tengah'.Putra keduaku lahir saat abangnya berumur 14 bulan. 
Karena awalnya susah hamil setelah Bang Andra lahir aku tidak KB, aku takut susah kembali untuk mengandung. Namun tanpa disangka-sangka saat abang tua berusia 7 bulan aku lemas-lemas, mual dan tidak selera makan. Aku periksa urin dan ternyata aku hamil. Awalnya aku kaget karena tidak menyangka akan hamil secepat itu. Kata suamiku harus disyukuri karena semua itu anugerah, rencana Tuhan, pemberian Tuhan.


Aku berusaha menjaga kehamilanku dengan baik, makan yang banyak karena  tidak ingin terulang  kejadian seperti abangnya yang lahir dengan berat badan rendah. Walau aku sering kelelahan karena tempat kerja yang jauh, berangkat pagi pulang malam, waktu banyak habis dijalan apalagi kalau jalanan macet dan malam hari masih harus bangun untuk memberi susu buat abang tua. Belum lagi masalah tidak ada pembantu,anak harus dititip ke saudara atau suamiku ijin kerja. Banyak masalah yang harus dihadapi tetapi ternyata semua bisa dijalani. 



Saat umur Bang Andra satu tahun dan kandunganku berusia empat bulan, kami pulang kampung ke Medan karena Bapakku sudah mulai sakit-sakitan. Inginku bisa mengurus Bapakku  diusia tuanya, membawa ke Jakarta atau menemani dan menjaga di Medan. Tetapi keadaan tidak memungkinkan dan tetap kami harus berpisah. Semampuku aku berusaha membantu Bapakku. 

Kehendak Tuhan selalu terjadi dan terbaik bagi umatnya. Empat bulan kemudian saat usia kandunganku tujuh bulan, Bapakku dipanggil Tuhan kembali ke sisiNya. Aku pulang lagi ke kampung dengan dukacita yang amat sangat. Aku sangat menyayangi Bapakku yang  telah menjadi orang tua tunggal semenjak aku kelas 3 SD. 
Bapakku berpulang pas saat menjelang lebaran sehingga aku tidak bisa lama cuti karena teman-teman yang muslim akan lebaran dan aku harus masuk kerja sesudah lebaran. Seminggu aku dikampung dan kembali lagi ke Jakarta, langsung masuk kerja. 
Seminggu kemudian aku pendarahan dan harus dilarikan ke rumah sakit,aku tidak tahu apa penyebabnya. Apakah kelelahan,stress atau disebabkan hubungan suami istri atau penyebab yang lain, aku tidak mengerti. 
Ternyata pendarahan yang banyak disebabkan karena plasenta previa totalis yang mengharuskan saat itu juga dilakukan operasi terminasi  kehamilan. Jam 11 tiba di Rumah Sakit dan 2 jam kemudian dilakukan operasi Sectio Cesaria. Semua dilakukan dengan cepat karena dokter yang menangani saat itu, tidak ingin terjadi sesuatu pada ibunya, menurut keterangan dokter ketika itu pada suamiku yang utama nyawa ibunya yang diselamatkan, bayinya nanti dipikirkan setelah lahir.


Tanpa persiapan mental sama sekali dan tanpa ada keluarga yang mendampingi (hanya aku berdua dengan suami) aku masuk  kamar operasi. Sebelumnya kami berdoa berdua, aku berusaha kuat, tegar dan seakan-akan tidak takut karena aku lihat muka suamiku yang pucat, panik dan takut, padahal aku sendiri sangat ketakutan karena tidak ada persiapan sama sekali. 

Ketika obat bius mulai bereaksi, aku tidak bisa lagi menggerakkan kaki, ketakutanku semakin bertambah dan seakan-akan aku akan kehilangan nyawa menyebabkan tekanan darahku turun dan dokter anastesi siap-siap menyediakan darah jika diperlukan buat transfusi. Mendengar pembicaraan dokter untuk menyediakan darah aku menjadi sadar agar aku harus kuat. Aku berdoa, menyebut nama Tuhanku tanpa henti dan meminta kekuatan kepada Tuhan. Aku pegang tangan perawat anastesi yang mendampingiku seakan-akan mendapat aliran kekuatan dari tangannya. 

Anak keduaku lahir dengan selamat, saat mendengar tangisnya dan bayiku diletakkan didadaku aku mengucap syukur tiada henti. Bayi keduaku juga kecil hanya 1800 gram dengan usia kehamilan 30 minggu, anakku ini prematur.Walau begitu aku tetap yakin pertumbuhan dan perkembangannya pasti baik karena aku akan berusaha memberi ASI dan mengurusnya sebaik mungkin.

Anakku kemudian  dibawa keruang perina (ruang untuk merawat bayi baru lahir) untuk dimasukkan ke inkubator karena berat bayi kecil dan aku kembali ke ruang rawat inap untuk pemulihan, semua berjalan lancar. 

Delapan jam kemudian setelah anakku lahir, perawat dari ruang perina datang ke tempatku rawat inap dan memberitahu kalau bayiku harus dimasukan ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit), ruang rawat intensive untuk bayi karena pernafasan bayiku mulai terganggu, nafas bayiku mulai satu-satu atau gagal nafas dan terliht retraksi otot dada. Perawat memberitahu kalau kemungkinan bayiku menderita Hyalin Membran Disease (HMD) atau dikenal juga dengan sebutan Respiratory DIstress Syndrome (RDS). Oleh karena itu harus segera dimasukkan ke NICU untuk mendapat bantuan nafas dari mesin (ventilator). 

Aku sangat sedih mendengar penjelasan perawat. Suami dan kakak iparku ikut ke NICU mengantar bayiku. Aku tidak bisa ikut karena kesehatanku belum pulih, yang bisa kulakukan hanya menangis dan berdoa. 
Besoknya aku menelepon temanku dan mencari tahu mengenai Hyalin Membran Disease.

Hyalin Membran Disease (HMD)

HMD atau dikenal juga dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah gawat nafas pada bayi yang sering terjadi bayi yang lahir kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi.  
HMD ini terjadi karena kurangnya pembentukan zat surfaktan pada paru-paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang berperan pada pengembangan paru. 

Gejala Klinis HMD
Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan klinis seperti : 

  1. Sesak nafas.
  2. Warna kebiruan pada kulit
  3. Tarikan otot-otot dada saat bernafas
  4. Terdengar rintihan saat mengeluarkan nafas
  5. Melemahnya udara nafas yang masuk ke dalam paru
Gejala ini biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3.


Bayiku dirawat di ruang intensive selama 9 hari dan dipasang alat bantu nafas dan selang-selang yang menggantung diseluruh tubuuhnya untuk menghubungkan ke mesin. Tida hari pertama bayiku dipuasakan hanya diberi cairan infus sehingga berat badannya turun menjadi 1600 gram. Ketika kondisiku sudah mulai pulih dan sanggup berjalan ke NICU, aku melihat bayiku dan yang bisa kulakukan saat itu hanya menangis dan berdoa. Saat konsultasi dengan dokter anak yang merawat bayiku, beliau mengatakan agar banyak-banyak berdoa karena kemungkinan anakku bertahan hanya fifty-fifty. Mendengar perkataan dokter tersebut  mertua yang menemaniku menjadi emosi katanya dokter itu bukan Tuhan dan bisa meramalkan usia manusia. Dokter anak meminta maaf dan mengatakan dia menyatakan deperti itu karena ts (teman sejawat) dengan ibu bayi yaitu diriku
Anakku saat berusia 4 hari masih dirawat di ruangan NICU dengan segala peralatannya



Selama bayiku di NICU, aku tetap memeras ASI ku dan menyimpannya di freezer RS. Saat bayiku sudah tidak puasa lagi dan diberi makanan melalui NGT (Nasogastric Tube) atau tube feeding atau selang makanan maka yang diberi adalah ASI ku sendiri. Dengan begitu aku berharap kekuatan anakku cepat pulih.
Putra keduaku kami beri nama 'Rafaello Constantino Ginting' dan sering kami panggil dengan dengan nama kecilnya yaitu Ello. Rafaello artinya adalah Tuhan yang memberi kesembuhan dan Costantino artinya constan, teguh,tetap,tidak berubah. Jadi, arti dari nama anakku adalah Tuhan yang akan menyembuhkan penyakitnya dan jiwanya kuat dan teguh, yang menjadi doa kami orang tuanya.

Setelah dirawat selama 9  hari di ruang rawat intensive, Puji Tuhan keadaan Ello sudah membaik dan sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat bayi baru lahir (perina) walaupun tetap masih di inkubator. Aku sangat senang dan berusaha displin memompa ASI, makan makanan bergizi sehingga ASI tetap banyak walau aku belum bisa langsung meneteki anakku.    
Aku sendiri, lima hari sesudah melahirkan kondisi kesehatanku sudah  membaik, aku sudah pulih kembali. Karena itu setelah satu minggu aku diijinkan pulang kerumah walau anakku masih harus tinggal  di RS. Aku merasa senang karena akan segera pulang kerumah dan bertemu dengan abang Andra dan kembali kerumahku, tetapi satu sisi terasa sedih meninggalkan anakku Ello di RS. Walaupun sebenarnya tidak ada yang bisa aku lakukan jika aku tetap menemani dan menunggu di RS, aku tetap tidak bisa memeluk dan   menggendongnya karena dia harus dirawat di inkubator dan minum ASInya pun masih harus memakai selang. Namun begitu setiap hari aku usahakan datang ke RS melihat perkembangan anakku dan mengantar ASI perahan.


Ello saat berusia 25  hari masih dirawat di inkubator
http://helmaperangin.blogspot.com/

Ketika aku datang, aku selalu mengajak anakku berbicara, mendoakannya agar cepat kuat, sehat dan kami bisa pulang bersama kerumah bertemu abang Andra. Aku membawa tape recorder kecil dari rumah, kaset lagu-lagu rohani dan instrumen-instrumen musik klasik, menyetelnya di sebelah anakku dengan volume kecil. Saat aku tidak ada musik itulah yang menemani Ello selain perawat-perawat yang bergiliran jaga sesuai jam dinasnya. Selama satu bulan penuh Ello di RS dirawat siang malam oleh perawat dan bidan disana. 

Ketika Ello berusia 30 haru berat badannya sudah mencapai 2200 gram. Menurut dokter anak yang merawatnya Ello sudah bisa dibawa pulang tetapi paginya harus trasfusi darah dahulu sebanyak 25 cc. 

Aku bersyukur sekali, anakku akhirnya sehat dan kami boleh berkumpul dirumah. 

Saat ini Ello-sayangku sudah berusia 5 tahun 8 bulan dan sebentar lagi masuk kelas 1 SD.


http://helmaperangin.blogspot.com/

Thank you very much God, dia tumbuh dan berkembang dengan baik, tubuh sehat, tidak kurang suatu apapun, malah lebih gemuk ari abangnya bahkan tidak akan ada yang tahu kalau anak ini dulunya lahir prematur. 






8 komentar:

  1. bnyk sekali cobaannya mak, mulai dari hamil, tpi untung akhirnya sehat2 selalu..
    thks mak atas sharingnya..
    salam kenal :)

    BalasHapus
  2. Bersyukur ya Mak, akhirnya Ello selamat dan tumbuh sehat. Semoga bahagia :)

    BalasHapus
  3. salam kenal mb :), wah salut sama bunda, kuat banget ditengah terpaan cobaan. Salut..salut banget

    BalasHapus
  4. terharu bgt dokter...dgn kisah dan perjuangan hidupnya...sedihh...
    semoga abg elo menjadi anak yg tumbuh dgn sehat, pinter, dan bisa di banggakan org tua..amieen

    BalasHapus